Meninggalnya Kakak benar-benar mengubah hidup saya. Saya sering memikirkan kematian n persiapan yang belum saya lakukan. Seakan lupa akan semua cita-cita n keinginan. Saya memang orang yang suka bermimpi, namun saat ini saya benar-benar merasa nafsu besar tenaga kurang (he..he..). Ditambah dengan perasaan bahwa saya sekarang bukanlah saya yang dulu, saya yang terbatas dengan mimpi tanpa tenaga untuk mewujudkannya.
Berkunjung ke blog sahabat saya jaman kuliah dulu, membaca uraiannya dalam “Hidup ini untuk Kematian dan Kematian itu untuk Hidup Sebenarnya”, menyiratkan sebuah keihlasan, hal yang sampai saat ini masih sulit saya lakukan (thanks Mas Yusuf…). Tentang kematian itu sendiri… di sisi hati yang lain memohon agar diberi kesempatan merawat Taj hingga dewasa kelak, namun saat ini saya ada kesempatan untuk bisa mati syahid loh….(he..he.., maklum nih 2 bulan lagi melahirkan). Eit.. tapi, astaghfirullaahal adziim.. Kalo ingat dipercaya untuk dititipi lagi sama Yang Di Atas, bangkit lagi nih cita-cita n keinginan saya.
Tak perlu saya urai deh apa cita-cita itu. Mungkin bagi sebagian orang, saya termasuk ambisius yach… Namun bagi lebih banyak orang lagi, seperti teman-teman sesama blogger di dunia maya yang banyak menginspirasi saya, mimpi itu wajib n mumpung mimpi itu gratis tis tis…. maka tempelkanlah kertas mimpimu di setiap sudut rumahmu, he..he.. (jadi ngaco ni..). Saya sadar diri kok dengan segala keterbatasan saya saat ini sebagai perempuan pekerja. Namun suer…. sudah kangen rasanya melakukan suatu perubahan besar dalam hidup.
Intinya saya berpendapat memang kematian itu dekat dengan kita, namun salahkah bila saya kemudian bangkit kembali untuk meneruskan cita-cita saya, bekerja cerdas n bisa berbagi ke banyak saudara n teman n berarti buat mereka. Kayaknya perlu bikin resolusi n target ya buat nentuin waktu jadi “work at home mom”?
Leave a Reply