Bagi setiap muslim, sudah sepatutnya dekat dengan Al Qur’an sebagai pedoman hidupnya dalam keseharian,. Mungkin ada di antara kita yang terlihat sudah dekat dengan Al Qur’an dalam keseharian. Memiliki target tilawah setiap hari, One Day One Juz, bahkan menghafalnya. Namun kadang-kadang ada “rasa” yang tidak tersentuh. Sikap hidup kita masih ada yang melenceng dari Al Quran atau sesekali merasa hampa. Upss… jangan-jangan kita belum mengimbanginya dengan tadabur Al Qur’an. Membaca atau mendengarkan Al Qur’an pasti lebih joss dong bila diiringi dengan merenungkannya untuk mendapat pelajaran dan manfaat, yang pada akhirnya bisa mengamalkannya.
Allah berfirman, “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka menadaburi (memperhatikan) ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.”
(QS Shad [38]: 29).
Salah satu cara mentadaburi Al Qur’an dengan cara yang menyenangkan adalah Qur’an Journaling. Qur’an Journaling adalah proses menuliskan refleksi kita mengenai ayat-ayat Al Qur’an yang kita baca. Menjadi menyenangkan karena kita bisa menggabungkan dengan kreatifitas kita dalam menulis, art journaling. Menulis dengan cantik, membuat kolase atau menghiasnya dengan menempel dan bermain warna.
Saat stalking di Instagram, secara tidak sengaja saya bertemu dengan kelas Qur’an Journaling yang dimentori oleh Bunda Una yang memiliki nama lengkap Rusna Meswari, SKM, M.S. Puas level tiga puluh deh ikut kelas beliau. Ilmunya sungguh cetar penuh manfaat, disampaikan online via zoom dan whatsapp (WA) group dengan terperinci, step by step, dan dimonitor satu per satu. Dalam satu batch kelas hanya 10-15 peserta sehingga antar peserta dan Bunda Una sebagai mentor jadi kenal dan akrab secara personal. Yang saya rasakan, hal ini membantu kita untuk lebih menyukai dan mempraktekkan atau memasukkan Qur’an Journaling dalam kegiatan kita sehari-hari. Bahkan sebagai bonusnya, kita jadi terbiasa melakukan jurnal syukur, karena Bunda Una sengaja mengemas Jurnal Syukur dan Qur’an Journaling ini dalam Happiness Project. Rasa syukur yang tiap hari ditulis dan direfleksikan membuat kita menjadi pribadi yang lebih tenang, tidak kemrungsung, dan ujung-ujungnya bahagia dong, Insya Allah.


Bunda Una lahir di Jakarta, 13 September 1984 dan tumbuh besar di sekitar Jabodetabek. Selain Jakarta, juga pernah tinggal di Bekasi, Bogor, dan Depok semasa kuliah di jurusan kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Saat ini Bunda Una tinggal di Jember mengikuti tugas suaminya sebagai dosen di Politeknik Negeri Jember.
Berasal dari keluarga sederhana tak membuat ayahnya yang karyawan swasta dan ibu seorang ibu rumah tangga ini bercita-cita dan memiliki harapan besar agar anak-anaknya bisa sekolah tinggi. Kakaknya yang seorang bidan dan berpendidikan epidemiologis di Lampung, adiknya yang awalnya seorang pilot dan kemudian berganti haluan kuliah jurusan psikologi, serta Bunda Una sendiri yang juga kemudian melanjutkan S2 di Malaysia dan masih bercita-cita melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi ini, membuktikan bahwa harapan orang tuanya terkabul atas izin Allah.
Selain Qur’an Journaling, Bunda Una selaku founder Naminauna Institute ini juga memiliki passion terhadap people development (pengembangan orang), selfdevelopment (pengembangan diri), science (ilmu pengetahuan), health (kesehatan), dan life style (gaya hidup) muslimah. Bunda Una begitu enjoy dan bahagia melakukannya. Berbicara tentang topik-topik ini membuatnya bersemangat dan berbinar-binar.
Mengapa memilih Qur’an Journaling? Bunda Una memaparkan bahwa semua ilmu mengarah ke Al Qur’an, setinggi apapun sekolah dan ilmu kita. Seharusnya belajar Al Qur’an dulu karena dengan belajar Al Qur’an, ilmu lain akan mengikuti. Orang-orang alim zaman dulu hebat-hebat. Mereka belajar Al Qur’an namun juga ahli di bidang kedokteran, astronomi, matematika, dan biologi.
Dengan mengenalkan dan mengajak lebih banyak muslimah melakukan Qur’an Journaling, Bunda Una berharap para muslimah akan lebih mengenal perannya, bisa belajar, mengajar, dan saling menginspirasi.
Kalau ditanya apakah semua muslimah bisa melakukan Qur’an Journaling, baik yang belum menikah, masih kuliah, ibu rumah tangga, pebisnis, maupun pekerja dengan segala kerempongan masing-masing? Bunda Una menjawab optimis bisa. Kuncinya adalah fokus, mau menyiapkan waktu, dan konsisten. Pesannya, mari berlomba-lomba mulai mendekatkan diri kepada Al Qur’an, sebagai bekal hidup kita di dunia maupun akhirat. Aaah… makna yang dalam, memaksa hati tersentuh untuk mengecek ulang kedekatan dengan Al Quran.
Yang mau kepoin lebih lanjut Bunda Una dengan Qur’an Journaling dan kegiatan lainnya bisa meluncur ke website Naminauna Institute www.naminauna.com atau Instagram @rusna_meswari dan @naminaunainstite
Bunda, Una hebaaastt. Umurnya seangkatan anak bungsuku. kayaknya patut dicontuh, ni. Saya susah untuk belajar. Soalnya stelah magrib suka ngantuk. He he ….
Waah iya ya Bu seumuran putranya? Belajar nggak perlu berat-berat kok Bu, dimulai dari sedikit dulu ?
Whoa, jadi pengin ikutan Quran Journaling jugaaa
makin mantab dan semangat mentadaburi kitab suci, dgn cara yg fun yaa
Ya mbak Nurul, hayuk kapan-kapan dicoba kelasnya. Insya Allah manfaat.
Baru tau ada kegiatan Qur’an journaling seperti ini. Saya jadi pengen ikutan. Soalnya selama ini baca al-Qur’an merasa belum dapet pemahamannya.
Bagus mbak programnya, bisa lebih dekat dengan Al Quran dan benar2 mengamalkannya dalam kehidupan sehari2 ya, tidak hanya sebatas rutinitas mengaji dan menghafal saja. Keren ini foundernya, bisa menjadi motivator bagi kita semua.
Masya Allah, keren banget Bunda Una ini ya Mbak? Belum pernah belajar begini, dulu saat anak kecil bikin jurnal anak, itupun pas rajin. Terima kasih untuk inf yang bermanfaat ini Mbak.
Ya mbak. Wah sudah terbiasa menulis jurnal ya, sudah tinggal maunya nulis tentang apa.
Kegiatan positif yang sekaligus mendekatkan diri manusia dengan Sang Pencipta, ya Mbak. Memperbaiki diri agar menjadi manusia yang lebih baik.
Iyes, sekali merengkuh dayung 2-3 pulau terlampaui. Dengan satu kegiatan banyak manfaat.
Terima kasih remindernya mam. Bagi daya, membaca al quran adalah salah satu cara untuk berkomunikasi dengan Sang Maha Pencipta. Apalagi kalau ada guru dan partner diskusi, bisa membantu memahami pesan2 tersirat di dalamnya.
Iya mbak Era, kalau ada guru enak. Bisa lebih cepet belajarnya dan benar.
Pernah ikut Quran Jurnaling juga..
Dulu sama Ust. Nouman Ali Khan.
Tapi terputus sampai di tengah jalan karena aku jarang dateng saat kajian. Huhuuu…
Wow kereeen…. Langsung sama beliaunya ya mbak?
Kalau ketemu langsung gitu aura dan motivasinya pasti lebih cetar ya.
Wah saya jadi ingin ikutan Quran Jourling ini kak. Terimakasih kak pesannya keren banget “mari berlomba-lomba mulai mendekatkan diri kepada Al Qur’an, sebagai bekal hidup kita di dunia maupun akhirat. ” ngena banget dihati
Insya Allah bakal seneng juga deh kalau ikutan Quran Journaling mbak Aisyah.
Keren Mbak.. Saya mau terapkan juga. Bagaimana caranya ikutan Qur’an Journal?
Bisa langsung kontak mentornya, Bunda Una via DM IG nya mbak, sudah saya tulis di postingan. Atau via WA ke 085769339898.
Ga kepikiran banget, bahkan buat kita perlu Quran Journaling supaya lebih dekat dengan Al Quran
Iya mbak Zeneth, kreatif.
masyaallah, inspiratif banget mbak
baru tahu aku tentang Quran journaling ini
wah jadi pengen nyoba juga, biar makin mentadaburi al qur an
Hayuk dicoba mbak Dian, Insya Allah bermanfaat.
MasyaAllah aku juga follow mbak una, cm ga ngeh kalau ada kelas quran journalingnya mbak amalia. susah ga ya? aku mau coba deh kayanya
Nggak mbak, kalau yang saya rasakan. Kan ini masih basic menurut Mbak Una. Tinggal kita konsisten siapkan waktu aja buat baca tafsir dan cari kajian terkait untuk direfleksikan. Jadwal bisa kita sesuaikan sendiri sesuai kemampuan.
Masyaallah ini bener bangett, semua ilmu itu mengarah ke Alquran ya karena memang Alquranul karim adalah sumbernya ilmu. Saya kemarin lihat live nya temen juga tentang Quran Journaling juga nih, semoga istiqomah dan sukses selalu di jalan dakwah ya Bunda Una
Aamiin ya rabbal aalamin.
MasyaaAllah Mbak Amy, kita satu almamater QJ nya Mbak Una, wkwk. Alhamdulillah metode QJ membantu jd jembatan ya untuk tadabbur Quran, meski memang hrs dibarengi dgn kajian intensif lainnya supaya kita makin paham, terutama dlm menerjemahkan tafsir dan menghubungkan dgn pengalaman kita sehari2. Barakallahu Mbak Una, dan terimakasih Mbak Amy sdh berbagi.
Wah iya ya ternyata dunia sempit. Mbak Prita batch sebelum aku ya? Ya betul musti diiringi kajian mendalam. Setidaknya bagiku jadi memaksa untuk menyimak kajian minimal seminggu sekali.
Masyaallah, inspiratif sekali. Saya jadi tergerak untuk membuat jornaling syukur juga. Dan langsung kepoin IG beliau. Duh kemana saja saya selama ini, ada kegiatan kece begini baru tahu.
Alhamdulillaah.. nanti bakalan beruntun info terkait journaling kalau kepoinnya setema hehe..