Bismillaah… mudah-mudahan tulisan saya ini bukan riya’
Semata-mata berbagi untuk teman-teman
yang siapa tau punya impian sama
Membahagiakan orang tua dengan cara menyebut dalam doa
dan menebus impiannya
Akhir tahun lalu, alhamdulillaah saya diberi kemudahan untuk bersama-sama ibu dan ibu mertua, menunaikan ibadah umroh di tanah suci. Bagi ibu mertua yang sudah pernah berhaji, kesempatan ibadah ini menebus kerinduannya kembali ke Baitullah. Bagi ibu saya, ibadah kali ini sekaligus ajang berlatih dan mengenal medan agar ada bayangan saat berangkat haji nanti . Beliau sedang masuk dalam daftar tunggu haji.
Sejak kecil cita-cita saya terlalu muluk, bahasa sekarangnya disebut “impian”. Namun tidak pernah mencatat dan menggambarkannya dengan detil. Waktu yang paling saya suka dalam sehari adalah menjelang tidur. Karena bisa berkhayal dan puas berangan-angan. Membayangkan punya kamar sendiri, punya piano, naik pesawat, belajar di luar negeri, hingga jadi guru di desa yang lagi jalan menyusuri pematang… 🙂
Setelah menjalankan bisnis Oriflame, mulai deh belajar mendeskripsikan impian dan target waktunya, bahkan berani membagikannya pada upline maupun core team. Salah satu impian adalah meng-umrohkan orang tua. Thanks to d’BC Network dan Oriflame 🙂
Sebenarnya impian awal adalah bisa pergi berempat dengan suami bahkan berenam dengan kedua anak. Tapi kalau menunggu tabungan cukup, perlu waktu lebih lama nih untuk berangkat. Dengan berbagai pertimbangan, suami mengijinkan bahkan memerintahkan (hehe…) saya berangkat dulu mendampingi para ibunda. Dengan dana yang ada pergi dulu deh, begitu suami bilang. Iya juga sih… apalagi dengan orang tua, kita berlomba dengan waktu, usia dan kesehatan beliau-beliau.
Saya tidak pandai menuliskan semua pengalaman batin maupun wisata selama di sana. Tulisan ini hanya untuk mengingat betapa bahagia dan harunya melihat ibu-ibu kita bahagia. Saya sering tercekat haru selama kami di tanah suci. Melihat mata beliau-beliau basah saat di Raudhoh maupun di depan Ka’bah.

Saat di dalam bis mau ziarah, ibu bisa tertawa renyah ketika seisi bis bercanda dengan keluguan pasangan kakek-nenek di rombongan kami. Ibu juga terlihat saling bercanda riang saat menata oleh-oleh ke dalam bagasi. Saya jarang melihat beliau-beliau tertawa seperti itu.

Dalam kesempatan lain lagi, berfoto di Jabbal Rahmah. Ibu dan ibu mertua tidak menampakkan beliau-beliau sudah sepuh. Tetap asyik bercanda dan enjoy dengan rombongan yang usianya jauh lebih muda. Sampai-sampai rombongan menjuluki kami trio kwek kwek.

Banyak hal di Baitullah yang kalau diingat membuat mewek dan berderai air mata. Mengingat betapa banyak dosa dan betapa kecilnya diri. Teringat orang tua yang belum nyaman menikmati hari tua, mengingat almarhum Bapak yang belum sempat ke Baitullah padahal sudah kepingin banget waktu itu.
Semoga terkabul doa kami, kehidupan yang baik di dunia dan akhirat, dijauhkan dari fitnah, menjadi orang yang bermanfaat, dan diberi kesempatan datang lagi ke Baitullah. Aamiin ya Rabb.
[…] 1434H adalah waktu yang kami pilih untuk memberitahukan kado umroh untuk kedua ibu. Sengaja memilih jadwal di akhir tahun 2013 karena Mekah Madinah sedang musim […]