Membaca cerita di bawah ini membuat saya teringat akan Kakak. Sekilas mengelibat dalam pikiran saya, bahwa saya dulu salah berdoa, waktu dokter menyatakan hanya Tuhan yang tahu kapan kondisi Kakak akan berakhir, saya n suami pasrah berdoa memohonkan yang terbaik buat bunga hati kami. Meskipun di awal sakit Kakak hingga malam diambilnya Kakak, saya ngotot memohon mukjizat kesembuhan anak kami kepada-Nya. Suami saya mengaktifkan kebiasaannya berderma dalam bertaqarrub kepada Allah. Namun beberapa jam menjelang kepergian Kakak, kami memang pasrahkan kepada Allah untuk mendapatkan apa yang terbaik.
Astaghfirullaah…. jangan-jangan saya kembali menjadi tidak ikhlas gara-gara membaca cerita di bawah ini. Menyesali mengapa kami tidak memohon mukjizat kesembuhan. Ataukah memang Allah telah menghendaki kepergian Kakak? Subhanallaah…. Hanya Allah yang Tahu dan Berkehendak. Saya pun seakan kembali kepada ketidakrelaan. Semoga Allah mengampuni apa yang yang saya rasakan.
__________________________________________________________________________
Jika Dokter Mengatakan “Tidak Ada Harapan”
Dari email seorang teman, By: Agussyafii
Di rumah bercat putih itu saya diundang oleh satu keluarga. Ibu dari pemilik rumah itu cukup ramah. Hari itu kehadiran saya untuk memenuhi undangan tasyakuran. Sambil menunggu tamu lainnya datang saya mendengarkan penuturan sang ibu. Katanya sejak setahun yang lalu suaminya terbaring koma dirumah sakit. hampir seminggu dua kali dirinya dan putrinya selalu menjenguk kondisi suaminya tidak berubah.
Kesembuhan suaminya kata dokter, “Tidak ada harapan.” Bahkan sang dokter pun sudah menyerah. selalu saja sang ibu menyakini “Allah al Musta’an.” (Allahlah tempat meminta pertolongan). Sampai suatu hari di tengah kunjungannya melihat posisi tidur suaminya mulai berubah. Tanda-tanda tersadar nampak dari gerakan. Terbuka kelopak matanya membuat derai air matanya bercucuran. Akhirnya alat bantu pernapasannya juga dicopotnya. Dokter terheran bagaimana mungkin ini bisa terjadi.
“Doa apa yang ibu mohonkan untuk kesembuhan Bapak?” tanya saya.
“Saya pergi mengunjungi rumah anak yatim, membantu dan mengurus orang tuanya yang janda sedang sakit dengan tujuan bertaqarrub kepada Allah supaya Allah SWT memberikan kesembuhan kepada suami saya.” jawabnya. Dengan mata yang berkaca-kaca, ibu itu mengatakan, “Allah tidak menyia-nyiakan harapan dan doa saya.”
Dari cerita itu saya memahami bahwa ibadah sholat, doa, dan mengeluarkan shodaqoh dan bertaqarrub kepada Allah dengan kita membantu orang lain yang sedang kesusahan. Maka Alaoh SWT akan menyelesaikan masalah kita sebab hanya Allahlah sang penolong kita.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al Baqarah 2:186).
Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari peristiwa ini. Insya Allah, Amin.
Leave a Reply