Wani pira (dibaca piro) berarti berani berapa? Konteksnya dalam dunia kerja adalah berani membayar/menggaji berapa? Saya mengenal joke ini 6 tahun lalu, saat saya dipinang sebuah perusahaan. Ketika berdiskusi dengan orang tua, tepatnya minta restu, almarhum Bapak saya kala itu berkomentar,”Lha..wani pira?”
Meskipun pada akhirnya saya tidak berjodoh dengan perusahaan tersebut, namun dalam perjalanannya perusahaan itu berjodoh dengan teman-teman kerja saya dulu. Jabatan yang ditawarkan pun oke, manager gitu looh…. 🙂
Kembali ke konteks “wani pira”, saya sih beranggapan sah-sah saja. Toh semua itu ditentukan berdasarkan demand atau kebutuhan masing-masing. Perusahaan butuh manager yang handal, sedangkan karyawan butuh suasana kerja (dan gaji) yang lebih menantang dan dinamis. Kebutuhan tidak seimbang dengan tenaga kerja yang ada, otomatis harga menjadi lebih tinggi. Bisa juga kompetensi sangat bagus sehingga perusahaan merasa sayang melewatkannya.
Tentu saja “wani pira” tidak sekedar asal saja dong. Wajib diimbangi dengan kompetensi kerja dan track record yang bagus. Karyawan yang bekerja dengan jiwa, dengan kecintaan pada pekerjaannya selalu tercermin kok dari kesehariannya. Aura yang dipancarkan pun berbeda. Naah kalau aura positif yang dipancarkan bisa memotivasi karyawan lain untuk bekerja dengan baik dan penuh gairah, siapa yang senang? Perusahaan untung, karyawan pun senang.
Naah..bagi para pekerja alias karyawan, sudahkah mempersiapkan dan memantaskan diri agar kelak siap ditanya,”Wani pira?” hehe.. 🙂
Leave a Reply