Awal Mula Mencari Program Menghafal Al Quran
Pernah nggak dalam hidup, tiba-tiba, mak bedundug, ujug-ujug, sekonyong-konyong punya keinginan baik yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya? Saya, pernah. Dua tahun lalu tiba-tiba ingiiin sekali ikut program mondok atau masuk pesantren untuk menghafal Al Quran. Padahal saya tidak pernah sekolah di pesantren lho… Mengaji pun biasa-biasa saja. Memang sih waktu itu ikut group ODOJ (One Day One Juz) yang setiap hari wajib tilawah 1 juz Al Quran. Saat itu juga sudah menyelesaikan menghafal ulang juz 30, hafalan masa kecil, dengan setoran di program Quran Call-nya Ustadz Yusuf Mansur. Namun untuk serius menjadi penghafal Quran adalah jauh dari cita-cita saya waktu itu.
Saya mempercayai bahwa niat baik itu harus disegerakan untuk diwujudkan. Siapa tahu itu cara Allah untuk membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik. Pernah pula sebelumnya saya berniat baik namun tidak segera dilaksanakan. Ujung-ujungnya terlupakan dan momen itu terlewatkan begitu saja. Kalau pas lagi insyaf, rasa sesal itu datang. Selalu begitu bukan? Penyesalan datang belakangan.
Niat baik harus segera diwujudkan. Siapa tahu itu cara Allah untuk membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik.
Saya mulai mencari info tentang program menghafal Al Quran yang cocok dengan jadwal sebagai seorang ibu pekerja. Semua dilakukan lewat googling saja sih. Sadar diri untuk tidak memasang target tinggi, yang utama adalah bisa dapat feel-nya untuk kemudian dilanjutkan dalam keseharian.
Bertemu Program Hafal Quran Sebulan
Dari berbagi website, tertariklah dengan program Hafal Quran Sebulan yang diselenggarakan oleh Yayasan Karantina Tahfidz Nasional (YKTN) di Kuningan, Cirebon. Program menghafal Quran ini untuk berbagai usia dengan berbagai profesi dan latar belakang. Peserta mengikuti karantina sesuai program yang dipilih. Untuk target 30 juz ikutnya program full Karantina Sebulan. Untuk pelajar, mahasiswa, karyawan, dan profesional biasanya mengambil program Karantina Dua Pekan dengan target 10 juz. Sedangkan untuk keluarga atau karyawan biasanya mengambil program Karantina Sepekan dengan target 5 juz. Selain itu juga masih ada program Karantina Weekend bagi mereka yang sibuk, targetnya 1 juz. Semua informasi yang diperlukan tentang program, persyaratan, cara mendaftar, testimoni peserta, dan tulisan-tulisan menarik tentang menghafal Al Quran bisa didapat langsung di websitenya, www.hafalquransebulan.com Websitenya lengkap dan menarik, membuat penasaran dan pengin segera ikut programnya.
Setelah diskusi, mendapat izin suami dan dengan pertimbangan nggak bisa cuti kantor lama-lama, maka saya pilih Program Karantina Sepekan. Jadi saya mengambil cuti 6 hari kerja berturut-turut. Tentunya juga musti mempersiapkan agar pekerjaan baik-baik saja selama cuti, karena selama karantina HP off dan hanya ada waktu on di libur setengah hari Jumat. Saya masuk Program Karantina Angkatan XXXV. Programnya sendiri full selama 1 bulan, tapi karena saya hanya ikut sepekan, maka saya hanya ikut dari 17-22 September 2018 waktu itu. Peserta sepekan pulang duluan, peserta lain tetap lanjut hingga wisuda. Sebenarnya saat wisuda diharapkan datang, namun karena jarak melintas propinsi Jawa Timur-Jawa Barat, saya tidak mengikutinya. Teman-teman dan ustadzah mengirimkan foto-foto sebagai penghibur hati.

Pengalaman Ikut Program Karantina Sepekan
Lalu bagaimana pengalaman selama di sana? Tercapai nggak nih target menghafal 5 juz dalam satu pekan? Kalau baca-baca programnya kan menarik banget tuh. Siapa sih yang nggak pengin hafal Quran dalam sebulan?
Aiih..memanglah kalau kita baru membaca atau mendengar tentang menghafal Quran dalam sebulan pasti ternganga dan tidak percaya. Perlu waktu bertahun-tahun untuk benar-benar hafal Al Quran bukan? Akan tetapi saat di sana, di awal pembekalan, saya pun paham bahwa sistem yang dipakai adalah setoran tanpa murajaah. Jadi target kita dalam rentang waktu itu adalah setor, setor, dan setor kepada ustadz atau ustadzah di group halaqah yang sudah ditentukan.
Dijelaskan pula metodenya, sehingga saat sudah selesai program, peserta diharapkan bisa langsung memurajaah hafalan yang sudah disetorkan di tempat masing-masing. Naah.. terjawab sudah deh penasarannya kok bisa secepat itu menghafal?
Dalam prakteknya, menghafal lebih mudah daripada mempertahankannya. Murajaah atau mengulang-ulang hafalanlah kunci mempertahankan dan mengkokohkan hafalan Al Quran.

Al Quran yang dipakai di sana adalah Al Quran Yadain. Diajarkan pula metode menghafalnya dengan cara memotret dalam pikiran dan visualisasi tadabbur. Namun pada prakteknya yang saya lihat, karena rata-rata peserta sudah memiliki pengalaman menghafal, mereka pun menggunakan cara masing-masing. Kesempatan karantina dipakai untuk mengkondisikan diri dalam suasana yang mendukung dan setoran sebanyak-banyaknya.
Menghafal lebih mudah daripada mempertahankannya. Murajaahlah kunci mempertahankan dan mengkokohkan hafalan Al Quran
Progress Menghafal dan Kegiatan Sehari-Hari

Saya tidak mencapai target 5 juz. Maklumlah pemula dan secara usia kalah dengan peserta lain yang rata-rata masih SMA dan mahasiswa. Tadinya sih sempat berharap banyak peserta seusia namun ternyata lebih banyak yang masih imut dan seusia anak saya. Sudah terlanjur sampai sana, nggak bisa mundur lagi dong. Beruntunglah ada beberapa yang sebaya dan lebih tua dari saya. Setidaknya saya bukan peserta yang paling senior dari segi umur, ups…. Hehehe…
Selama sepekan, saya setor ulang hafalan juz 30 kemudian baru ziyadah atau menambah hafalan juz 29. Saya hanya menyelesaikan 5 surat dari 11 surat di juz 29.
Kegiatannya sangat padat, dimulai dari bangun tidur jam 3 pagi hingga jam 11 malam. Bangun untuk tahajud lanjut salat subuh, lalu bersiap untuk berkumpul menghafal. Diselingi sarapan pagi dan salat Dhuha, lanjut lagi. Eh ada jam tidur siangnya lho, yaitu jam 11-12 siang. Bisa bikin segar pikiran dan badan lho… Sesudah itu lanjut menghafal lagi hingga Asar tiba. Intinya dalam satu hari full menghafal. Berhenti hanya untuk salat, makan, mandi, dan istirahat.
Peserta dibagi dalam beberapa kelompok dan masing-masing di bawah bimbingan ustadzah. Setiap kali sesi menghafal kita ngumpul satu group. Bebas mau pilih tempat di mana tergantung kesepakatan kelompok. Mau di masjid pojok kanan, kiri atau depan. Di luar masjid, di lorong kamar, di bawah pohon atau di dekat kolam.
Suasana di Kuningan ini nyaman. Udara dingin di sekeliling gunung Ciremai. Sungguh asri dan sejuk. Saya yang terbiasa dengan cuaca panas di Gresik dan harus berdingin ria mandi jam 3 pagi itu rasanya … wowww… Eh tapi saya menikmatinya. Satu-satunya alasan pengin cepat pulang adalah kangen anak-anak dan nggak nyaman ninggalin kewajiban domestik dan kerjaan.
Ini foto-foto suasana saat di sana. Peserta putra dan putri lokasinya berbeda. Untuk putri mendapatkan tempat di lokasi kantor dan asrama YKTN, sedangkan putra di salah satu hotel di Kuningan. Duh, maaf, saya lupa nama hotelnya. Menurut beberapa peserta yang pernah ikut sebelumnya, tempat ini bergantian, jadi kadang-kadang peserta putra mendapat lokasi di asrama YKTN dan sebaliknya.

Oh ya, ada libur atau rihlah tiap hari Jumat. Peserta bisa piknik sama-sama atau janjian dengan beberapa teman untuk pergi ke satu tempat. Waktu itu teman-teman main ke obyek wisata pemandian air panas di Cibulan. Namun karena kesempatan saya hanya satu kali hari Jumat itu, saya pilih pergi dengan beberapa teman sekamar ke Musium Linggarjati, tempat bersejarah di Kuningan, Cirebon.
Kesan Untuk Dikenang
Pengalaman menyenangkan ikut program ini adalah mendapatkan dasar dan metode baru untuk menghafal. Al Quran Yadain tetap menemani saya saat ini terutama untuk murajaah atau mengulang hafalan. Ada arti per kata dan tanda jari untuk menunjukkan ayat yang dihafal. Bagi yang hafalannya lancar bisa banget memurajaah sambil menghafal beserta nomor ayat dengan metode ini. Selain itu saya juga mencicipi pengalaman mondok meski hanya sepekan plus mendapat teman-teman baru dari seluruh nusantara.
Ada sedikiiit saja tidak nyamannya sih saat itu, semoga sekarang sudah lebih baik. Yaitu kamar mandi yang nilainya menurut saya hanya C alias Cukup. Meski tidak menganggu proses namun kalau bisa ditingkatkan menjadi B plus insya Allah lebih berkesan.
Sebaiknya peserta mendapatkan bimbingan khusus tentang metode yang dipakai, bukan hanya dijelaskan singkat saat pembekalan. Karena bagaimanapun juga program menghafal Quran sebulan ini masih sebatas menyetorkan hafalan baru. Peserta musti mendapatkan bekal menghafal dan lanjut memurajaah agar hafalannya bisa mutqin dan terjaga. Bimbingan ini bisa saat setoran oleh ustadzah group masing-masing atau motivasi langsung dari ustadz pembina.
Saat saya ikut dua tahun lalu para ustadzah pendamping kurang memahami konsep metode Al Quran Yadain dan visualisasi tadaburnya. Padahal konsep ini bagus sekali untuk disebarluaskan. Setidaknya para peserta karantina paham sepenuhnya dan bisa menerapkannya atau menularkan pada yang lain. Meskipun pada akhirnya tiap orang yang menghafal dan memurajaah Al Quran itu punya cara dan gaya masing-masing, namun sungguh sayang kalau metode ini tidak tersampaikan mendalam di pogram karantina ini.

Ada keinginan mengulang program ini suatu saat? Ehhmm… mungkin saja, mengapa tidak? Terutama kalau YKTN sudah ada cabang di Jawa Timur yang lebih dekat. Semoga program ini makin berkembang dan bermanfaat.
Bagus ya, kalau ada karantina untuk program menghafal Al Quran begini. Bisa fokus dan tingkat keberhasilan bisa lebih tinggi.
Saya penasaran dengan YKTN jadinya…Coba kepoin website-nya apa ada program online ya?
Ada mbak. Ramadhan kemarin saya sempet ikut yang online. Programnya ada karena pandemi.
masyaALLAH ini menyenangkan bangeettt programnyaaa
aku pas pandemi ini juga brusaha tahfidz Quran mbaaa
tapi ya entahlah. kok kayaknya banyak gagalnya.
kalah ama ngedrakor hiks hiks
Haha..iya kalau di rumah banyak godaan.
Masya Allah Mbak, salah satu kelemahan saya adalah menghafal. Setiap ada prpgram hafalan di grup pengajian, saya selalu ketinggalan huhuhu. Ini ada program bagus ya dari YKTN. Apalagi modelnya karantina begini, pasti lebih fokus ya.
Iya lebih fokus, karena diri dan waktu kita memang sudah disiapkan di sana. Beda kalau di rumah banyak gangguan.
Menarik banget mbak, biasanya orang cuti kerja demi holiday, ini cuti demi mengasah ilmu agama. Salut!
Ya mbak, gak tau waktu itu kok tiba-tiba aja kepingin. Kalau sekarang musti ada pertimbangan lain hehe…
Wah saya baru tahu ada program begini, saya pikir cuma buat anak sekolah saja. Menarik ya
Ya mbak, ada kok. Meski sepertinya makin ke sini saya lihat ya lebih banyak anak usia sekolah sih yang ikut.
Wah luar biasa upaya Mbak untuk mendekatkan diri dengan Yang Maha Kuasa. Hidup memang perlu seimbang antara rohaniah dan batiniah. Kalau enggak begitu, kita tidak akan kuat menghadapi tantangan hidup.
Iyes, begitulah. Mumpung ada keinginan dan kesempatan.
Waaaahh masha Allah, saya hafal surat pendek aja ama anak, nggak maju-maju, hahaha.
Memang kudu fokus sih ya, semua hal kalau kita lakukan dengan fokus, bakalan ada hasilnya yang signifikan juga.
Kayak di karantina gini 🙂
Sistem karantina menyediakan lingkungan yang mendukung jadinya mau gak mau kan memang menghafal aja sehari-hari.
Masha Allah sekali Mba, gpp banyak yg lebih muda dan termasuk yg paling senior. Insha Allah jadi berkah, semoga dimudahkan utk menghafal Qur’an ya Mba. Semangat terus!
Aamiin, thank you mbak Annisa.
Subhanallah… baru tahu kalo ada program seperti ini untuk orang dewasa. Bagus juga ya, jadi kita lebih fokus untuk menghafal karena enggak ada gangguan duniawi,hihi.
Ya mbak, itulah kenapa penasaran nyobain hehe.
wah ini program yg sangat membantu ya mbak.
hmm klo seusia sy gini masih bisa g ya nyoba hafal qur an selama sebulan
Usianya pasti lebih muda deh dari saya hehe. Insya Allah bisa.
Wow sebulan? Ckckckck. Salah satu temanku PNS juga penghafal quran. beliau cuti khusus untuk menghafal. Dan milih naik kendaraan umum saat ke kantor supaya bisa sambil murajaah.
Masya Allah, bener-bener penghafal sejati ya sampai menciptakan momen, bukan hanya memanfaatkan.
Salah satu keinginan nih, selama pandemi, lebih banyak di rumah. Cita-cita lebih banyak hafalan. Tapi banyak alesan. Duh maluuu…Kalau dikarantina begitu kan lebih fokus yah…Mantap programnya…
Iya di karantina mau nggak mau kan harus ikuti aturan main, hehe.. Mari jalankan cita-citanya.
masyaAllah tabarakallah mbak sekar, semoga hapalannya berkah dan bisa mengamalkan ya mbak. progam mondok gini memang bikin fokus, semoga senantiasa bisa menancap hapalannya ya mbak
Aamiin ya rabbal aalamiin. Terima kasih mbak. Perjuangan yang lebih berat memang mempertahankan dan mengamalkannya di setiap sisi kehidupan.
Setuju banget, menghafal lebih mudah daripada mempertahankan. Penting banget buat memurojaah kembali hafalan kita biar nggak lupa. Keren banget mbak udah sampe mondok untuk menghafal Al-Quran, wajib ditiru nih.
Hehe..thank you mbak, silahkan ditiru, alhamdulillaah ada manfaat.
Memang beda ya kalau menghafal sendiri dengan ikut program begini. Terpantau dan jadwalnya pun jelas setiap hari menghafal all day. Pengen juga nih ikut program semacam ini. Jadi sedih ingat hafalan yang nggak nambah-nambah…
Hayuk ikutan kalau pas ada kesempatan,semoga dimudahkan.
MashaAllah, tabarakallahu…
Sejatinya para penuntut ilmu dan penghapal Quran itu mesti bersih dari segala hal yang melenakan dan duniawi.
Seru sekali pengalamannya. Dan aku yakin, pasti bisa.
Bismillah…
Tabarakallaah
Ya mbak, mau ikutan juga? Thank you ya sudah berkunjung.
Tulisan ini membuat saya malu pada diri sendiri dimana membaca al qur’an aja saya masih sering terlewatkan. Semangat ya mbak dalam program menghafal qur’annya
Aah jadi malu saya. Saya pun belum konsisten kok. Ini menuliskan pengalaman saja. Thanks ya mbak